Di tahun 2017, tak ada yang istimewa saat Aji dan Tasia pertama kali berjabat tangan. Keduanya sama-sama biasa saja—acuh, tanpa firasat bahwa tangan itu kelak akan saling menggenggam dalam suka dan duka.Namun takdir pertemuan mereka di Bandung menyelipkan skenario kecil. Dari satu pesan, tumbuh percakapan. Dari percakapan, tumbuh kerja sama—mereka bertemu dalam sebuah pelayanan kepanitiaan di kampus. Dalam dinamika logistik, diskusi, dan tawa lelah, perlahan Aji mulai jatuh pada satu hal: Bunga di Hati.
Waktu berjalan, di Februari 2020 rasa yang terpendam akhirnya Aji ungkapkan. Tasia sempat terdiam, namun senyumnya menjawab lebih cepat dari kata. Cinta pun dimulai. Namun hidup tak selalu bersahabat. Pandemi datang, dan mereka dipisahkan jarak Cimahi - Brebes. Hubungan diuji, komunikasi pun retak. Pada September 2020, mereka memutuskan untuk berhenti sejenak, saling memberi ruang.
Maret 2021, mereka bertemu kembali di Bandung. Niatnya: pertemuan rindu dan salam perpisahan sebelum masuk dunia kerja. Aji, yang selama ini mendoakan kesempatan kedua, tahu: ini adalah jawaban. 20 Maret 2021, mereka kembali melanjutkan kisah yang sempat terjeda. Hubungan tumbuh semakin kuat. Dalam 3 tahun 9 bulan, mereka belajar saling memahami, bertumbuh, dan merajut masa depan bersama. Hingga akhirnya, pada 21 Desember 2024, di hadapan keluarga dan gereja, Aji dan Tasia mengikat janji pertunangan.
Kini, perjalanan mereka akan mencapai titik: janji suci pernikahan. Di hadapan Tuhan dan semua yang mereka cintai, Aji dan Tasia memilih untuk saling menjaga, seumur hidup.
Karena dari sekian banyak pandangan yang pernah Aji temui, hanya satu yang membuatnya ingin pulang—Bunga di Hati (re:Sekarning Tiyas).